Diera yang modern saat ini, semakin jarang melihat masjid atau langgar memiliki jamaah langganan yang bisa dibilang cukup banyak. Sehingga pemandangan masjid sangat meprihatinkan. Hal ini tak lepas karena teknologi mengalihkan semua. Zaman dahulu ketika langgar rame itu karena listrik tidak ada, apalagi TV, sehingga kelanggar menjadi tempat favorite untuk menghabiskan watu sebelum tidur. Berbeda di era saat ini yang sudah ada listrik, sehingga hampir setiap rumah mempunyai tv sebagai tontonan. Mereka menajdi dimanjakan akan hal tersebut. Magriban atau isyaan dirumah agar tak ketinggalan sinetron yang sebeneranya menjadi hantu bajingan tengik.
Hingga dampaknya anak-anak jadi mengikuti perilaku orang tuanya. Meskipun sudah dipaksa suruh ngaji, kemasjid, atau ke langgar tetap saja banyak anak yang menolak. Hal ini dikarenakan orang tuanya hanya dirumah, dengan dalil “bapak solat dirumah aja, kamu sana yang ke masjid ngaji, biar pintar.” Padahal banyak orang tua yang hanya solat dirumah karena malas datang ke masjid, karena lebih berat akan sinetron yang notabenya adalah penghancur generasi akan datang. Akibatnya, anak zaman sekarang ya begitulah jadinya. Mau di dipondokan sekalipun kalau orang tuanya masih tetap begitu, anak juga kemungkinan akan meniru.
Adapun yang lebih mirisnya adalah masjid atau musolah kosong. Hanya penghuni setia yang selalu datang yaitu, kakek atau nenek yang notabenya hidupnya mengalami dua era namun lebih lama di era zaman belum ada listrik. Sehingga mereka tetap tegar dan giat mengisi absen di musolah atau masjid terdekat. Meskipun demikian, hal tersebut tidak bisa membuat masjid atau musolah menjadi kelihatan rame atau mempunyai langganan sebagaimana fungsi sesungguhnya.
Maka dari itu, mari ke musolah dan masjid untuk berjamaah. Karena dengan ibadah yang giat rejeki akan kuat, musibah tidak akan datang ke alam jagat, dan kerukunan hidup makin erat. Selain itu anak punya panutan untuk mengarungi hidup di masa depan, berkat contoh dan prilaku orang yang melahirkan dan membesarkan.(r_rtb)