Senin, 31 Juli 2017

"Puisi Untuk Tuhan"



Dari dalam petak kos-kosan
Aku menerawang cahaya sinar matahari dan bulan
Aku ingin sampaikan pesanku pada Tuhan
Kapan aku mendapat apa yang aku inginkan
Aku sudah mulai lelah Tuhan
Untuk menjalani takdir yang Engkau berikan
Apakah aku haru menggunakan cara instan
Atau aku harus menyerah pada keadaan dan meninggalkan kehidupan 
Aku tunggu jawabanmu tuhan

Bandung, 29 juli 2017

Perjudian Ala Orang Tran

"Perjudian Ala Orang Tran"



Hidup dalam lingkungan Transmigran tapi kehidupan berjalan layaknya di metropolitan. Bukan karena gemerlap indah kotanya, tapi karena kebiasaan orangnya yang sebagian kecil punya kesamaan. Akapah hal gerangan tersebut, iya hal  tersebut adalah Perjudian. Jika di metropolitan perjudian adalah suatu perbuatan dengan status orang yang beruang yang memainkan,  dan dilakukan ditempat yang telah disediakan. Tapi yang di tanah Transmigran tidak kehabisan akal. Mereka memanfaatkan keadaan orang yang yang baru melahirkan, yang biasanya terdapat tradisi dimana masyarakat akan menyambut sang buah hati dengan jagongan dan makan makan dengan harapan anak akan menjadi orang soleh dimasa datang. Namun,  tak ayal termpat tersebut malah disulap sebagai arena perjudian dengan tahuran dimulai lima ribuan. Para jagoan judi ditanah Transmigran juga bukan dari kalangan orang yang banyak uang.  Malah mereka itu adalah kaum buruh ladang yang notabenya masih belum mapan jika dilihat dari semua aspek kehidupan. Yaa... itulah candu judi yang selalu mengikuti dalam benak diri. Dengan harapan bisa menang agar anak istri senang, karena pamitnya jagongan waktu pulng malah bawa uang. Tapi apa bisa dikata, jika kemenangan juga kadang tak kunjung datang,  hingga ayam berbunyi tanda bahwa hari udah mulai pagi. Maka judi akan berhenti dan akan kembali lagi dimalam hari, tentunya malam besonya juga lagi,  sampai acara jogangan penyambutan bayi berhenti.

Jumat, 10 Maret 2017

"Menebus Dosa Di Tanah Transmigran"



Dari dulunya sebuah desa yang kecil dan  permai sekarang menjadi desa penebusan, lantaran tidak sedikit pemuda yang terjebak dalam kehidupan kelam. Bukan hanya sebatas minuman-minuman dipinggir jalan. Namun jalan  pintas untuk merasakan balahan pahapun  dirasa lebih nikmat disebagian orang ditanah Transmigran. Bukan suatu alasan mereka lebih memilih membuka selaput kenikmatan perawan dari pada mengejar impian yang pernah terucap di masa silam. Mereka mengira ketika sudah menancapkan rudal akan mendapatkan kenikmatan. Layaknya film porno yang pernah ditonton akan mengeluarkan desahan dan teriakan. Padahal setelah mempraktikan, hanya sperti onani dengan membayakan seorang teman yang menggairahkan. Tapi apa bisa dikata,  jika semburan lahar panas telah membasahi lubang perkembangbiakan. Hingga ahirnya banyak orang lebih memilih jalur pernikahan untuk menutupi dosa kemaksiatan, agar cap anak haram tidak melekat kepada keturunan. Disaat itulah baru sadar apa yang dirasakan adalah bukan sebuah kenikmatan, tapi awal dimana kita merasakan kehancuran karena belum siap menanggung beban hidup anak orang. Disaat itulah baru sadar tentang impian untuk punya rumah dengan garasi mobil didepan. Disaat itulah baru sadar jika selaput perawan bukan suatu permainan tanpa upacara yang sakral dan persiapan yang matang. Disaat itulah baru sadar jika status lajang sudah hilang dan berubah menjadi pejuang kehidupan untuk istri dan calon bayi yang akan lahir kepangkuan.